Tragedi Kemarin
Karya :Arzak Rizal
Mendekatlah kawan
Dimana mana kita terbelenggu
Hati dan pikiran terjepit
Padahal
Kau dan aku dilahirkan merdeka
Bola kebebasan yang digulir dilapangan
Penguasa menendangnya keluar
Lalu
Mereka tersenyum akulah raja akulah dewa
semua itu terjadi kemarin siang
Jangan diingat apalagi diungkit
Tetapi
Hari ini keadaan menagih kau dan aku
Bagi yang mati butuh jiwa jiwa baru keluar darinya
Bagi yang beku harus diberontak dan dicairkan
Bagi yang diam butuh petualangan baru
Mimpi mimpi liar
Visi visi baru
Emosi emosi keras
Dan kemerdekaan harus jadi pedoman
Mendekatlah kawan
Jangan berzikir di mesjid karena di luar terjadi kejalima
Genggamlah api cinta
Agar tragedi kemarin tak terulang lagi
Makassar, Januari 1997
Kumpulan Tulisan dan sajak-sajak
Selasa, 22 Juli 2014
Selamat Tinggal Tanahku
Selamat Tinggal Tanahku
Karya : Arzak Rizal
Suara menggema di angkasa
Bagai Israfil meniup sangkakala
Sang penguasa berteriak
Gusur mereka
Tanah ini tanah negara
Tak ada yang punya hak
Apalagi sertifikat
Jauhi tempat ini jauh dan jauh
Lalu
Merekapun kasak kusuk
Takut
Ngeri
Terkencing kencing
Dengan bibir gemetar
Mereka berkata
Selamat tinggal tanahku
Karya : Arzak Rizal
Suara menggema di angkasa
Bagai Israfil meniup sangkakala
Sang penguasa berteriak
Gusur mereka
Tanah ini tanah negara
Tak ada yang punya hak
Apalagi sertifikat
Jauhi tempat ini jauh dan jauh
Lalu
Merekapun kasak kusuk
Takut
Ngeri
Terkencing kencing
Dengan bibir gemetar
Mereka berkata
Selamat tinggal tanahku
Aku Terpenjara
Aku Terpenjara
Karya : Arzak Rizal
Malam dingin sepi menggigit
Bau apek menyengat hidung
Darah menetes di ujung alis
Dibenturkan serdadu penjara
Aku menggeliat
Lalu
Kutatap tembok sisi demi sisi
Tembok sisi pertama berkata
Kau masuk penjara karena berani mengakui tanah negara
Tapi
Di tanah itulah aku makan
Tembok sisi kedua berkata
Kau masuk penjara karena tandinganmu punya sertifikat
Tapi
Ditanah itulah aku berkebun ubi kayu
Tembok sisi ketiga berkata
Kau masuk penjara karena lawanmu adalah raja
Tapi
Tangan bersih sang raja tak pernah menyentuh tanah itu
Tembok sisi keempat berkata
Hentikan saja ocehanmu karena pengadilan berpihak kepada sang raja
Akupun diam
Dalam dekapan malam sunyi menghibur
Seandainya
Tanah bisa bicara
Batu bisa bicara
Pohon bisa bicara
Mereka akan berkata bahwa kamilah saksinya
Tetapi
Mereka hanyalah saksi bisu yang bernyanyi di malam sepi
Ketika fajar tiba
Dari ufuk timur kapongkolang
Angin membawa kabar
Bahwa aku terpenjara
Karya : Arzak Rizal
Malam dingin sepi menggigit
Bau apek menyengat hidung
Darah menetes di ujung alis
Dibenturkan serdadu penjara
Aku menggeliat
Lalu
Kutatap tembok sisi demi sisi
Tembok sisi pertama berkata
Kau masuk penjara karena berani mengakui tanah negara
Tapi
Di tanah itulah aku makan
Tembok sisi kedua berkata
Kau masuk penjara karena tandinganmu punya sertifikat
Tapi
Ditanah itulah aku berkebun ubi kayu
Tembok sisi ketiga berkata
Kau masuk penjara karena lawanmu adalah raja
Tapi
Tangan bersih sang raja tak pernah menyentuh tanah itu
Tembok sisi keempat berkata
Hentikan saja ocehanmu karena pengadilan berpihak kepada sang raja
Akupun diam
Dalam dekapan malam sunyi menghibur
Seandainya
Tanah bisa bicara
Batu bisa bicara
Pohon bisa bicara
Mereka akan berkata bahwa kamilah saksinya
Tetapi
Mereka hanyalah saksi bisu yang bernyanyi di malam sepi
Ketika fajar tiba
Dari ufuk timur kapongkolang
Angin membawa kabar
Bahwa aku terpenjara
Rabu, 09 Juli 2014
Senin, 07 Juli 2014
Aku Terpenjara
Aku Terpebjara
Karya : Arzak Rizal
Malam dingin sepi menggigit
Bau apek menyengat hidung
Darah menetes di ujung alis
Karena dibenturkan serdadu penjara
Aku menggeliat
Lalu
Kutatap tembok sisi demi sisi
Sisi tembok pertama berkata
Kau masuk penjara karena berani mengakui tanah negara
Tapi
ditanah itu itulah aku bisa makan
Sisi tembok kedua berkata
Kau masuk masuk penjara
Karena tandinganmu punya sertifikat
Tapi
Di tanah itulah aku berkebun ubi kayu
Sisi tembok ketiga berkata
Kau masuk penjara karena lawanmu adalah raja
Tapi tangan bersih sang raja tak pernah menyentuh tanah itu
Sisi tembok keempat berkata
Hentikan saja ocehanmu karena pengadilan berpihak pada sang raja
Akupun diam
Dalam pelukan malam
Sunyi menghibur
Seandainya
Tanah bisa bicara
Batu bisa bicara
Pohon bisa bicara
Mereka akan berkata bahwa kamilah saksinya
Tapi mereka hanyalah saksi bisu yang bernyanyi di malam sepi
Ketika fajar tiba
Dari ufuk timur kapongkolang
Angin berhembus membawa kabar
Aku terpenjara
Bira 17 Agustus 2011
Minggu, 06 Juli 2014
Pantai Bira
Pantai Bira
Karya : Arzak Rizal
Di kaki langit
Senja tersenyum
Melihat gadis main di tepi pantai
Ditiup angin
Membawa virus
Sementara
Di laut sana perantau memendam ridu
Lalu
Sakit berdiri
Menatap gadisku terbaring lesu
Tanpa kompromi
Maut merenggut
Angin
Virus
Laut
Maut
Merampas cintaku di pantai bira
Karya : Arzak Rizal
Di kaki langit
Senja tersenyum
Melihat gadis main di tepi pantai
Ditiup angin
Membawa virus
Sementara
Di laut sana perantau memendam ridu
Lalu
Sakit berdiri
Menatap gadisku terbaring lesu
Tanpa kompromi
Maut merenggut
Angin
Virus
Laut
Maut
Merampas cintaku di pantai bira
Langganan:
Postingan (Atom)